Iwan Fals: Lagu Begadang Setara Dengan Indonesia Raya
Pernyataan Iwan Fals terhadap lagu Begadang setara (nilainya sama dengan) Indonesia Raya tersebut saya dapatkan dari kutipan sebuah buku yang berjudul Biografi Rhoma Irama “Satria Bergitar” yang ditulis oleh Kartoyo DS dan Uki Bayu Sejati, diterbitkan oleh PT. Limo Pandowo KaryaIndo.
Sebelum saya membaca kutipan dari buku tersebut, saya sendiripun sebenarnya pernah mendengar ucapan tersebut langsung dari bang Iwan saat dulu masih sering bertemu dalam tour kolaborasi religi bersama Ki Ageng Ganjur, terutama di saat jeda latihan bersama.
Dalam kutipan buku yang akan kembali saya tulis di bawah ini, terselip kalimat yang bermakna lagu Begadang nilainya sama dengan lagu kebangsaan kita seperti Indonesia Raya, Padamu Negeri dan sebagainya. Dan inilah pengakuan bang Iwan Fals atas kehebatan Lagu Begadang Rhoma Irama dan juga pengkauan beliau terhadap Rhoma sendiri.
” Saya ngga kenal dekat dengan Rhoma, tapi tahu dari media massa saja. Biarpun begitu saya punya pendapat, sebagai musisi Rhoma dicatat dalam peta musik Indonesia. Dari saya belum main musik dia sudah terkenal. Dia main musik bukan di Indonesia saja, tapi sudah sampai ke Jepang, Malaysia, Singapura, Brunei, Philiphina dan negara lain. Kemudian dia sukses mengatur rumah-tangga groupnya, sampai sekarang masih bergairah, dan dia juga berdakwah. Jalur musik yang dipilih Rhoma menurut saya tepat, apalagi sebagai media dakwah. Saya suka melihat teman lagi dengerin lagu Rhoma kelihatannya asyik sekali. Yang membuat asyik itu kan dakwahnya, tapi soal dangdutnya sendiri juga menarik. Rhoma bisa membuat lagu yang memang asyik untuk didengar orang dan masuk akal. Tidak seperti lagu-lagu dangdut lain yang pukulannya cuma begitu-begitu saja, sekalipun misalnya peralatannya ditambah.
Sosok Rhoma sendiri, menurut saya kelihatannya cukup berwibawa. Ya, memang Rhoma memang harus seperti itu, dia tidak boleh cengengesan dan itu juga untuk menjaga wibawanya. Yang jelas Rhoma itu orangnya bebas stress. Dalam melodi dan syairnya itu sudah ada. Kelihatannya dia memang begitu. Sebagai manusia kita akan tersentuh oleh lagu-lagu dakwahya itu. Buat sementara orang, memang bukan hal baru, tapi secara mayoritas bisa dikatakan baru.
Rhoma memang asyik. Dia itu darah musik Indonesia. Saya juga ingat betul lagunya yang berjudul Begadang. Lagu itu menurut saya nilainya sama dengan nilai lagu kebangsaan kita seperti Indonesia Raya, Padamu Negeri dan sebagainya. Bedanya lagu kebangsaan kita kan ada niatan dan dorongan, artinya ada lembaga yang mendorongnya, sementara lagu begadang kan tidak. Cuma bedanya lagu begadang tidak dilembagakan saja. Dan saya setuju kalau perjalanan hidup Rhoma dibukukan, itu betul.
Sampai saat ini saya belum pernah ketemu Rhoma. Tapi menurut saya, orang mau nonton pertunjukkannya sampai bertahun-tahun bertahan jelas ada alasannya. Dan sudah pasti mereka membeli kasetnya.
Grupnya Rhoma, saya dengar salah satu grup musik di Indonesia yang memiliki peralatan sendiri yang lengkap. Setiap manggung peralatannya selalu dibawa dengan konvoi kendaraan dalam partai besar. Manajemen musik seperti ini manajemen yg serius. Tapi ya dalam partai besar, Rhoma ya tetap Rhoma. Sebab band-band kecil dikampungpun juga punya panggung, komidi putar dan tarlingpun punya peralatan sendiri. Perbandingannya dengan pemusik lain yang pernah main dilapangan bola, punya penonton berjumlah ribuan dan punya alat sendiri, ya baru Rhoma. Dan sayapun sedang mengarah kesana (memiliki alat panggung sendiri). Karena kalau kita punya alat sendiri, sound sendiri, segala keinginan akan terpenuhi dengan sendirinya. Sehingga kita bisa tahu persis apa yang kita butuhkan. Lain halnya kalau kita sewa dirental, menggunakan panggung buatan orang lain, kita was-was, ngeri, ambruk nggak, nih? Ha ha ha. Tapi kalau punya sendiri sudah yakin, ngga ada apa-apa.
Itulah kelebihan Rhoma. Dia enak, kalau mau main ngga bingung. Hal-hal seperti inilah yang masih kita fikirkan sampai sekarang. Setiap pemusik kan selalu peka, sebab ini menyangkut nyawa pertunjukan.
Karena itu dia bisa menghidupi orang banyak, ya kan? Tidak cuma pemain musiknya yag punya kerjaan, tetapi juga penata panggung, penata cahaya, tekhnisi dan sebagainya. Selain itu, sebagai pemimpin yang mempunyai kekuatan dan skill Rhoma juga selalu tegar. Dia percaya sama orang lain, kalau tidak percaya bagaimana dia bisa mengatur orang lain. Menurut saya, itu karena dia punya kiblat, dan islam sebagai acuannya. Dia berani mencari uang sebanyak-banyaknya dan dia zakatkan juga. Rhoma juga punya kesempatan yang luar biasa, yang tidak semua orang punya dan itu dimanfaatkan benar.
Menurut saya Rhoma pandai menguasai publik. Buktinya setiap kali show tidak pernah terjadi kerusuhan. Soalnya menurut saya itu tadi, dakwah. Dakwah yang membatasi. Kalau difikir-fkir, bagaimana mau rusuh, ya..orang mau nonton Rhoma itu, ibaratnya orang yang mesti wudhu dulu..he..he..asyik kan.
Faktor lainnya, mungkin juga karena lagu-lagu Rhoma itu isinya tidak memancing emosi, beda dengan musik Metallica itu mengundang kerusuhan karena lagunya tidak dimengerti oleh pendengarnya. Kalau rock lokal itu rusuh mungkin juga karena tidak bagus kwalitasnya. Selain itu sikap penguasa yang terlalu over akting juga bisa mengundang kerusuhan. Saya kira banyak unsurnya juga sih, untuk rusuh dan untuk tidak rusuh, yang tahukan yang bersangkutan. Tapi Rhoma berani mengutarakan dakwah itu merupakan keberanian, karena dakwah itu sendiri sesuatu yang luar biasa. Jadi dalam hal ini cuma ada dua pilihan, mau nonton apa tidak, mau didakwahin apa tidak. Kalau nonton ya pasti didakwahin, gitu aja.
Kerusuhan pada penonton Soneta-yang mau mendengarkan dakwah-mungkin kerusuhan batiniah. Lucu dong kalau nonton dakwah rusuh, berkelahi. Nanti penguasa malah bingung, lho dakwah kok rusuh..he..he..he
Terlepas dari itu, Rhoma memang punya kekuatan. Kalau tidak kuat mana mungkin dia bisa berdakwah. Tidak akan ada nada dan dakwah dan Rhoma tidak akan memilih tujuan dakwah itu. Memang saya akui itu bahwa Rhoma punya keberanian untuk itu, yaitu mencangkan kesadaran dan saya salut sekali itu. Tidak semua orang berani seperti itu kan.
Usaha orang dalam mempertahankan hidup itukan luar biasa juga. Dan suatu hal yang tidak terfikir, seperti saya main gitar, lho kok bisa main gitar? Dimana letak nilainya, padahal ahli moral dan ahli agama itu hanya orang yang pandai dan ini ada sesuatu yang menarik yang menantang dan menjanjikan sesuatu yang indah dan membahagiakan. Dan saya berani main musik itu karena dari Rhoma. Rhoma pernah ngomong waktu itu, segala sesuatu yang dari hati akan sampai ke hati. Pernah juga saya putar lagu-lagu Rhoma, yang tadinya saya tidak kenal itu malah jadi kenalan. Sewaktu-waktu saya dengar juga lagu-lagu itu di Cengkareng dan Condet. Hanya itu yang saya tahu tentang Rhoma.
Rhoma itu milik masyarakat. Buktinya waktu dia kawin lagi orang ribut, pro kontra. Artinya mereka ambil perduli pada kehidupan pribadi Rhoma sekalipun. Peggemarnya geger. Saya tahu kalau Rhoma kawin lagi dan masyarakatpun tahu Rhoma kawin lagi, tapi itu tidak berpengaruh buat diri Rhoma. Yang berpengaruh ya karya Rhoma itu. Kalau karyanya jelek ya jadinya juga jelek dan itu bukan berarti mempengaruhi kehidupan pribadinya. Masyarakat juga tidak sebodoh itu. Kalau dibodohin mungkin iya, dan musik itu bukan barang mati kok. Kaset itu tidak bisa berubah-ubah.
Artinya persoalan ini tidak membuat Rhoma Irama menjadi kurus, sebab tidak ada pengaruhnya. Seandainya memang cerai masyarakat juga akhirnya berfikir. Rhoma sendiri punya alasan yang kuat. Masyarakat juga punya otak. Terhadap penjualan kaset Rhoma mungkin ada pengaruhnya, mungkin juga agak menurun. Karena masyarakat kecewa, karena seolah-olah Rhoma sewenang-wenang.
Dan saya rasa, untuk cerai itu Rhoma sudah melakukan pertimbangan-pertimbangan yang luar biasa beratnya. Masyarakat bisa saja mengatakan kok cerai, kok cerai tapi pada saat mengalami mereka akan stress berat juga. Ya, kalau penggemar marah pada Rhoma itukan karena cemburu, kok bisa serius begitu. Tapi yang namanya penggemar itu kadang-kadang suka berlebih-lebihan, memberi kemenyan dan dupa. Padahal buat orang panggung ya panggung. Ini tidak, kelihatannya siapa yang punya versi besar akan dilihat secara beda. Saya tidak begitu, kayaknya kalau main di panggung Kantata Takwa itu besar, sedangkan pengamen jalanan tidak besar. Ini ngga benar. Padahal kalau dilihat secara moral mungkin lebih besar pengamen.
Kembali ke soal publik figur tadi, Rhoma dan penggemarnya memang tidak bisa dipisahkan. Seperti Iwan Fals misalnya, banyak yang mengkritik, Iwan Fals bicara tentang kemiskinan, tapi kehidupannya mewah. Menurut aku pendapat seperti itu wajar-wajar saja. Maksud omongannya itu tidak menyinggung dan tidak ada yang dirugikan. Seperti juga misalnya Iwan Flas ngamen cari perharian nih. Iwan Flas pake sendal jepit dan kaos oblong, padahal dia kan bisa beli jas, cari perhatian saja kan. Kalau kita perhatikan omongan-omongan seperti itu, saya lihat Rhoma punya kekuatan untuk menghadapinya…”
Dari penjelasan bang Iwan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa meskipun beliau seorang maestro di jalur musik yang berbeda, tapi beliau tidak anti pati terhadap genre ini. Hal lain juga dibuktikan dengan ditemukan banyaknya video konser Iwan Fals dengan aransemen Dangdut.
Sumber