Review Moneta Rock-Dut Surabaya
Meskipun saat ini mayoritas grup-grup di Jawa Timur berhaluan Koplo, namun Moneta Surabaya mempertahankan eksistensinya dengan tetap berada di jalur Rock-dut.
Grup ini tidak pernah mundur sekalipun atau ingin menghilangkan dan merubah “label” Rock-Duthnya meski untuk saat ini kalah popularitas dengan grup-grup yang murni bergenre koplo 100%.
Hal ini bukan berarti grup ini anti-pati terhadap keberadaan atau eksistensi Dangdut koplo, cuma porsinya sedikit.
Grup yang dikawal oleh Imron Sadewo ini pada masanya (sebelum koplo lahir) adalah yang paling terkenal (tentunya selain Soneta Group pimp. Rhoma Irama) dan menjadi barometer bagi musisi atau grup lain, tidak hanya di Jawa Timur tetapi hampir di seluruh Indonesia.
Ketika Evita Project (Evie Tamala) digandeng grup ini untuk bekerjasama dalam menelorkan album perdananya yang bertajuk “TUMBAL”, popularitas MONETA semakin menanjak tajam, terlebih ketika sebuah lagu dalam album tersebut yang berjudul Cinta Terlarang atau yang lebih populer dengan KANDAS (duet) sukses meraih pasar “dengar” masyarakat saat itu.
Hampir satu juta copy atau mungkin lebih (jika dihitung dengan kaset bajakan) kaset tersebut terjual karena memang faktor lagu Kandas tersebut (ket. gambar).
Sejak saat itu, Moneta sering diundang untuk menjadi pengiring artis-artis Ibukota di berbagai stasiun TV swasta nasional.
Adalah Friez Arsudi, sang pembesut melody gitar (salah satu gitaris Dangdut terbaik di Indonesia) memiliki gaya dan sentuhan ala Ingwy Malmsteen (salah satu gitaris terbaik dunia sepanjang masa).
Begitu juga kehebatan Didik dalam menggebuk bedug londo (drum) dan rancak gendang tablanya.
Imron Sadewo yang begitu lihai dan piawai memainkan “slapp bassnya”.
Permainan suling yang begitu mendayu-ndayu dan pijitan Piano dari salah satu pianis terbaik Jawa Timur (pada masanya), ditambah dengan harmonisasi saxophone dan trompet menjadikan grup ini lebih menunjukkan permainan kualitas musik grup.
Mungkin bagi anda koplo-mania (dalam arti masyarakat awam) tak begitu mengenal (ataupun suka) dengan grup ini atau kalah popularitasnya dibandingkan dengan OM. Sera, New Pallapa, Monata atau bahkan Sonata dan apapun alasannya mereka akan tetap lebih menyukai grup-grup koplo itu.
Namun bagi seniman atau musisi dan pengamat musik Dangdut tentu akan berbeda dalam menilai Moneta terutama dilihat dari musikalitas atau skill permainan individu musisi, sehingga tak segan-segan menganggap bahwa Moneta merupakan salah satu grup Dangdut terbaik di Indonesia, terlebih improvisasi musiknya yang begitu luar biasa dan membuat decak kagum musisi lain.
Perlu diberitahukan juga (bagi masyarakat awam fans baru penggemar koplo) bahwa lagu Akhir Sebuah Cerita (yang dipopulerkan ulang oleh Shodiq Monata) itu adalah salah satu lagu karya Moneta Rock-dut Surabaya yang juga tercantum dalam album “TUMBAL”.
Khusus di Jogja, lagu ASC tersebut (yang rata-rata baru mengenalnya setelah lagu itu dipublikasikan oleh Shodiq) pertama kali ditampilkan oleh GILAS Progressive Jogja tahun 2002 di saat masih banyak yang belum mengetahui atau menampilkannya.
Selain itu, lagu yang berjudul “AKU” dalam album “Tumbal” tersebut bahkan sudah ditampilkan oleh grup Kasidah Al-Jami’ah, IAIN Sunan Kalijaga Jogja pada tahun 1999.
Hal tersebut membuktikan bahwa dulu grup asal Surabaya itu merupakan salah satu barometer musisi dan grup lain dan juga lebih dulu dikenal oleh musisi atau grup Dangdut, baik di Jawa Timur sendiri atau di daerah lain.
Namun roda zaman terus berputar, beberapa tahun belakang ini grup yang juga memproduksi lagu populer “Kandas” semakin lama semakin kalah popularitasnya dengan grup koplo di mata masyarakat umum (namun tidak bagi musisi tentunya).
Meski banyak musisi atau grup lain yang menyayangkan “tenggelamnya” grup yang mulai populer di akhir tahun 90-an, tapi begitulah fakta yang tak mungkin dipungkiri saat ini.
Yang jelas bagi kami, musisi dan grup-grup lain (teman-teman kami) tetap menyatakan penilaian bahwa MONETA adalah tetap salah satu grup Dangdut yang terbaik di Indonesia..
Itulah sedikit penilaian dan review obyektif dari kami terhadap grup Moneta Surabaya ini.
Silakan simak video konsernya di bawah ini, dan bila anda berkenan silakan berikan penilaian atau review untuk grup tersebut.
Video Youtube ini diunggah oleh Ganas Pati
Kalau video ini, selain bisa dinilai dari sisi musikalitas individu pemain, perform dan kekompakkan, sobat bisa menilai dari kualitas audio dan juga video, karena memang recordingnya langsung dari mixer dan juga menggunakan kamera profesional (bukan handycam dan sejenisnya).
NB: Review itu adalah hasil penilaian yang berawal dari pembicaraan/diskusi dari berbagai musisi Dangdut Jogja dan Jawa Tengah seperti:
Deden Mahdyana (Gitaris Gilas), Anton (eks Keyboard Gilas), Afif (Suling Bolo-Bolo, eks gitaris Aljami’ah IAIN Jogja), Yatno (Lead Guitar Bolo-Bolo), Klowor (Bass Bolo-Bolo), Iwan (GILAS), Soleh (eks Suling Ken Arok), Bagong (Lathansa Jogja), Jono (Lathansa), Robert (Suling Maharanie Jogja), Prono (Suling Permata Jogja), Devi (Kendang Cewek Permata Jogja), Rusman (eks Kendang Ki Ageng Ganjur), Aming (eks Kendang Ki Ageng Ganjur), Syamsudin (eks rhytem Ki Ageng Ganjur Jogja), Agus (eks melody Ki Ageng Ganjur), alm. Sriyanto (eks melody Ki Ageng Ganjur Jogja), alm. Pak Min (Eks Gitaris Ken Arok Salatiga), Ateng (Keyboard Kendedes, Solo), Salam (kendang), Bambang (keyboard), Rofik (Piano), Maktum (bass), Nasir (bass), Fathudin (suling), Syaefudin (drum)==> (OG. Al-jami’ah IAIN Suka Jogja), Suheng (Gitaris OM. Sahabat Jakarta, eks gitaris OM. GORO–GORO Jogja), Tahang ( Gitaris fans Ingwy, Kalimantan), Yakub (gitaris Om. Irama Buana Jogja), Edi S (Keyboard GABEL, Kebumen), TOTO (Suling GABEL, Kebumen), Udin (Eks Gitaris OM. Mantara Kebumen)..Dll.
Sumber